GUNUNG Rinjani dengan ketinggian 3.726 meter di atas
permukaan laut itu diyakini sebagian masyarakat Lombok sebagai tempat
bersemayam ratu jin bernama Dewi Anjani, putri raja Datu Tuan dari
permaisurinya Dewi Mas, yang memerintah sebuah kerajaan kecil di Lombok.
Terlepas
dari legenda itu, Gunung Rinjani merupakan salah satu destinasi andalan
Kabupaten Lombok Utara. Gunung tertinggi di Provinsi Nusa Tenggara
Barat ini menyimpan sejuta pesona dan memiliki potensi geowisata yang
menarik.
Diantara daya tarik gunung api itu adalah panorama
kaldera, danau, puncak, kawah, air terjun, mata air panas, goa, lubang
letusan dan aliran lava baru. Pesona yang dimiliki gunung yang diyakini
menjadi istana Ratu Jin Dewi Anjani ini nyaris sempurna.
Selain
memiliki berbagai keunikan, Gunung Rinjani juga kaya dengan berbagai
jenis flora dan fauna. Di sebelah selatan dan barat pada ketinggian
1.000 - 2.000 meter banyak ditumbuhi Dysoxylum sp, pterospermum, dan Ficus superba.
Pada ketinggian 2.000-3.000 meter banyak tumbuh cemara gunung (Casuarina junghuhniana). Namun pada ketinggian diatas 3.000 meter miskin akan tumbuhan, hanya ditumbuhi rumput dan bunga edelweiss (Anaphalis javanica) dan di sebelah timur gunung banyak ditumbuhi pohon akasia.
Selain
itu tercatat 109 jenis burung hidup di Gunung Rinjani. Beberapa
diantaranya adalah jenis burung yang ada di Australia, monyet perak yang
berasal dari Bali, rusa dan landak.
Sementara di Pelawangan
Sembalun, Lombok Timur terdapat monyet ekor panjang yang suka mengganggu
kemah para pendaki. Mereka sangat pandai membuka tenda untuk mengambil
makanan dan dikenal sangat garang dan berani.
Berbagai pesona
itulah menjadi magnet yang mampu menarik minat wisatawan mancanegara
maupun nusantara untuk mendaki dan menaklukkan gunung yang memiliki
ketinggian hampir empat kilometer itu. Para wisatawan yang mendaki
gunung itu adalah wisatawan minat khusus yang menyukai tantangan.
Di
balik sejuta pesona yang dimiliki gunung api itu, sebenarnya Gunung
Rinjani merupakan salah satu dari enam gunung di Indonesia yang cukup
bahaya untuk didaki. Karena itu tidak berlebihan kalau Rinjani dijuluki
obyek wisata "maut".
Hingga kini gunung yang disebut-sebut banyak
menyimpan misteri itu telah menelan cukup banyak korban jiwa. Cuaca
buruk disertai datang secara tiba-tiba terkadang menyebabkan pendaki
tersesat dan akhirnya ditemukan tak bernyawa.
Kepala Tata Usaha
Balai Taman Nasional Gunung Rinjani, Sulistrianto mengakui pada 10 Maret
2007, tujuh pelajar asal Pulau Lombok yang mendaki Gunung Rinjani
ditemukan tewas di wilayah perbatasan Pelawangan, Sembalun dengan Danau
Segara Anak.
Ketujuh korban pelajar dan mahasiswa yang mendaki
Gunung Rinjani itu tewas akibat terjebak cuaca buruk dan kehabisan
makanan. Dugaan kuat terjebak cuaca buruk, karena jenazah mereka
ditemukan tidak di dalam jurang.
Selanjutnya pada 29 Juni 2010,
pendaki asal Italia Federica Frovera (27) ditemukan tewas di Gunung Baru
Jari (anak Gunung Rinjani). Korban tewas diduga akibat kelelahan
setelah mandi di Danau Segara, saat mendaki selama satu minggu.
Saat
itu korban berada di kilometer 8,3 dari Danau Segara menuju Pelawangan
Senaru. Saat itu Gunung Baruijari yang berada di kaldera Gunung Rinjani
sedang berstatus waspada, dan masih mengeluarkan letusan kecil dengan
asap tebal setinggi 300 meter.
Masih banyak pendaki lain yang
terwas akibat "keganasan" Gunung Rinjani. Bahkan hampir setiap tahun
gunung yang menyimpan banyak misteri itu menelan korban jiwa.
Karena
itu setiap tahun Balai Taman Nasional Gunung Rinjani mengeluarkan
larangan untuk mendakian gunung api tersebut. Penghentian sementara
aktivitas pendakian biasanya berlangsung dua hingga tiga bulan terutama
pada saat terjadinya cuaca buruk termasuk pada 2013.
Ditutup tiga bulan
Pada
2013 jalur pendakian ke Gunung Rinjani ditutup sekitar tiga bulan,
mulai 10 Januari hingga 31 Maret 2013. "Penutupan dilakukan karena musim
hujan menyebabkan jalur pendakian licin dan pohon tumbang sehingga
membahayakan keselamatan pendaki," kata Kepala Balai Taman Nasional
Gunung Rinjani (TNGR), Agus Sudiono di Mataram, Sabtu (5/1/2013).
Menurut
Agus, selain untuk keselamatan pendaki, penutupan jalur pendakian juga
dimaksudkan buat pemulihan ekosistem secara alami di taman nasional yang
ramai dikunjungi wisatawan mancanegara dan nusantara itu.
Menurut
informasi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Selaparang
Bandara Internasional Lombok (BIL) curah hujan di TNGR dan sekitarnya
sudah meningkat dengan intensitas sedang hingga lebat.
Informasi
mengenai penutupan jalur pendakian sudah disampaikan melalui surat ke
seluruh instansi terkait termasuk seluruh bupati dan wali kota
se-Lombok, pihak kepolisian, dan kepala desa yang ada di wilayah jalur
pendakian tersebut.
Terkait dengan pemberlakuan larangan pendakian
sementara pihak TNGR akan melakukan pengawasan baik di jalur pendakian
Senaru, Kecamatan Bayan, Lombok Utara maupun Sembalun, Lombok Timur guna
mencegah pada pendaki melakukan pendakian.
Balai Taman Nasional
Gunung Rinjani meminta masyarakat dan wisatawan untuk mematuhi larangan
mendaki Gunung Rinjani menyusul dikeluarkannya keputusan penutupan
sementara yang berlaku mulai 10 Januari hingga 31 Maret 2013.
"Kami
meminta agar larangan mendaki Gunung Rinjani tersebut dipatuhi guna
mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan karena kondisi di
jalur pendakian membahayakan para pendaki," katanya.
Untuk
mencegah masyarakat dan melakukan pendakian, Balai TNGR sudah menarik
kembali semua tiket kunjungan dari para juru pungut di jalur pendakian
resmi baik di Senaru, Kecamatan Bayang, Kabupaten Lombok Utara maupun
Sembalun, Lombok Timur.
"Seluruh tiket pendakian dari petugas
pemungut di jalur pendakian resmi sudah kami tarik kembali. Kami
memastikan tidak ada lagi masyarakat dan wisatawan yang akan mendaki
melalui jalur pendakian resmi," ujarnya.
Bahaya yang mengintai
pada pendakian Gunung Rinjani itu nampaknya tidak menyurutkan niat para
pendaki untuk menaklukkan gunung tertinggi kedua setelah Gunung Kerinci
di Sumatera dengan ketinggian 3.805 meter di atas permukaan laut.
Terbukti
kendati secara resmi telah dikeluarkan larangan pendakian oleh Balai
Taman Nasional Gunung Rinjani, namun masih ada yang mendaki. Pada 9
Januari 2013 atau sehari sebelum dikeluarkan surat larangan pendakian
terpantau sebanyak 50 orang pendaki yang mendaki Gunung Rinjani.
Para
pendaki itu sudah diperingatkan oleh petugas agar tidak melakukan
pendakian, karena mulai 10 Januari dilakukan penutupan secara resmi
hingga 31 Maret 2013, namun mereka tetap mendaki.
"Petugas Balai
TNGR yang ada di jalur pendakian sudah mengingatkan agar jangan
dilakukan pendakian mengingat kondisi di sepanjang jalur pendakian cukup
membahayakan akibat cuaca buruk, namun mereka tidak mematuhi larangan
tersebut," ujar Agus.
Menurut dia, jumlah pendaki Gunung Rinjani
yang terpantau menjelang penutupan pendakian sekitar 50 orang. Mereka
melakukan pendakian sejak 9 hingga 14 Januari untuk melakukan suatu
upacara di Danau Segara Anak.
"Kami akan terus melakukan
pemantauan secara ketat untuk memastikan tidak ada lagi pendakian,
karena kondisi cuaca buruk yang disertai angin kencang dan kabut serta
jalur pendakian yang licin membahayakan keselamatan para pendaki,"
katanya.
Untuk mencegah para pendaki melakukan pendakian pada
musim cuaca buruk Balai Taman Nasional Gunung Rinjani akan melakukan
sosialisasi mengenai penutupan pendakian Gunung Rijani tersebut lebih
awal agar tidak ada lagi yang mendaki menjelang masa penutupan tersebut.
Pesona
Gunung Rinjani seakan menyebabkan wisatawan melupakan ancaman yang
dihadapi. Kendati gunung ini cukup banyak menelan korban tapi setiap
tahun jumlah wisatawan yang mendaki terus mengalam peningkatan.
Jumlah
wisatawan yang mendaki Gunung Rinjani selama 2012 tercatat 19.782
orang, meningkat dibandingkan 2011 sebanyak 15.020 orang. Jumlah pendaki
didominasi wisatawan mancanegara yang tercatat 10.956 orang, sedangkan
wisatawan nusantara 8.826 orang.
Para wisatawan tersebut mendaki
Gunung Rinjani melalui empat jalur pendakian, yakni Sembalun sebanyak
8.984 orang, Senaru 5.540 orang, Kembang Kuning 4.520 orang dan jalur
pendakian Timbanuh 738 orang.
Setiap bulan wisatawan yang berkunjung ke Gunung Rinjani rata-rata 1.600 orang lebih.
Gunung
Rinjani yang sarat tantangan dan bahaya itu menjadi salah satu obyek
wisata andalan Kabupaten Lombok Utara setelah Gili Trawangan di
Kecamatan Pemenang. Meski "maut" tetap mengintai, ternyata Gunung
Rinjani tetap memikat.
Sumber
No comments:
Post a Comment